Kamis, 01 April 2010

Terhempas ke dalam Kenangan Masa Silam

Aku melirik ponselku, waktu menunjukkan pukul 19.45 WIB, "1 pesan diterima" tertera di layar ponselku. Dari Alex, mantan pacarku waktu SMA dulu. Tanpa pikir panjang, aku buka sms itu..
"Nonton yuq!"
Aku bengong sebentar kemudian kubalas sms-nya, "Mw nonton ap? Jam brapa? Dah malem tau! Mang masih ada?!"
"Ga tau deh!" jawabnya singkat.
Karena nggak sabar, aku putuskan untuk meneleponnya.

"...Serius lo mau nonton? Mau nonton apa?" tanyaku.
"Ga tau!"
"Beuh!! Mang jam brapa?!"
"Ga tau juga?!"
"Beuh..gmana siy, ngajakin tapi koq ga jelas?!" aku ngomel.
"Yaa situ kan tau, dari dulu juga gw begini! Mana pernah jelas, semua serba dadakan!...Jadi mau ga?!"
"Naik ap? Mau ujan begini?"
"Naik motor lha.."
"Tapi gw belum mandi! hehe.."
"Ya udah mandi sana buruan!"
"Ya udah, tapi lo jemput gw kan??"
"Iye, udah buruan!! Klo udah kabarin gw!"
"OK!" ceklek....kututup telepon dan aku langsung melesat ke kamar mandi.

Sama sekali nggak ada pikiran aneh yang muncul dipikiranku. We're friend, dari dulu juga begitu dan semua orang pun tahu itu. Rada unik memang, tapi aku memang selalu menjalin hubungan baik dengan para mantanku, termasuk yang satu ini.

Lima belas menit kemudian...


Ting! - ada pesan masuk lagi di ponselku.
"Cepetan kali! Lama niy! Gw dah di depan rumah lu niy!" sms dari Alex.
Kuambil tasku dan langsung aku berlari keluar.."Gmana klo kita bawa mobil aja? Mau ujan niy?!" teriakku dari pintu depan yang setengah terbuka.
"Yah..dari tadi keq bilangnya!..Ya udah, gw balikin motor dlu! Lo langsung ke rumah gw yaa...!!"
"Iye, bawel!" kataku.

Nothing special dalam perjalanan menuju bioskop, hanya obrolan-obrolan ringan antar sahabat..wajar! Setelah memilih-milih, akhirnya aku memilih film yang paling dekat jam tayangnya. Filmnya lumayan seru, pemeran utamanya juga ganteng. Sesekali komentar-komentar ringan keluar, sambil tersenyum dan tertawa kecil. Suasana bioskop makin dingin, sampai akhirnya..oops..he touch my hand and hold it! Tiba-tiba jantungku berdetak kencang. Aku merasa sepertinya aku kembali ke masa enam tahun silam, ketika aku masih berpacaran dengannya. Oh My God...!!!

Untung filmnya segera berakhir, dan deg-degan ku pun berhenti, irama jantungku kembali seperti semula..

"Ke mana lagi kita?!" dia bertanya.
"Tau! Pulang?!"
"Ok deh..!"

Sesampainya di depan rumahnya dia ajak aku untuk mampir.
"Udah malem, aku pulang aja.."
"Mampir dlu lhaa, sebentar aja.."
Karena dia memaksa, akhirnya aku turun juga. Dan kami pun menghabiskan waktu selama hampir 2 jam ngobrol di teras rumahnya. Alex bercerita tentang hidupnya beberapa bulan belakangan ini. Maklum, aku sudah lama nggak ketemu dia.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 23.45WIB. Aku pamit pulang...
"Dah malem niy, aku pulang yaa.. Thank's by the way, buat traktiran nontonnya.." kataku seraya beranjak dari bangku tempat ku duduk.
Alex yang duduk di bangku di hadapanku ikut berdiri sambil menjawab.."Iya, sama-sama..Thanks coz dah nemenin aku ngobrol.."
Dan..entah bagaimana, tiba-tiba dia sudah berdiri di belakangku, meraih tanganku, dan menarikku ke dalam pelukannya... Aku terdiam, tak mampu berkata-kata, hanya jantugku yang berdegup keras. Alex memelukku dari belakang. Aku bisa merasakan Alex menikmatinya, pelukan itu seolah berkata "Aku merindukanmu! Sangat merindukanmu! Maafkan aku karena sudah menyakiti dan meninggalkanmu!" Seolah beribu penyelasan tertumpah dalam pelukan itu. Ku pejamkan mataku dan kunikmati perasaan aneh yang melanda hatiku saat itu. Aku merasa kembali ke masa SMA, enam tahun yang lalu, ketika aku masih bersamanya. Seperti sebuah video diputar di hadapanku, kisah cinta anak remaja yang polos..kenangan itu..aku nggak akan pernah bisa lupa, jujur, hati ini kecewa, namun perasaan itu tidak pernah benar-benar sirna. "Alex..." dalam hati aku berbisik "...aku sayang kamu, tapi aku ga mungkin kembali padamu.." Kubuka mataku dan aku kembali ke masa kini. Meski enggan, kupaksa diriku melepaskan pelukan Alex. Kusangkali keinginan hati untuk memeluknya lebih erat dan kupaksa kakiku melangkah menjauhi dirinya.
"Ok deh, Lex..Thanks yaa, gw balik dlu.." aku pamit tanpa memalingkan wajah kepadanya. Aku takut dia melihat wajahku yang kebingungan dan mataku yang nyaris berkaca-kaca.
"Ok, ati-ati yaa..!" katanya sambil menghantarku menuju ke mobil. "Sms klo dah nyampe!"
"Sep..sep!" kataku seraya bergegas menuju mobil.

Kutancap gas dan kutinggalkan rumahnya...

Aku menghela nafas panjang, mencoba untuk mencerna hal yang baru saja terjadi padaku. Oh, Tuhan..enam tahun berlalu ternyata perasaan itu tidak benar-benar sirna. Aku masih sayang Alex, meskipun aku sadar bahwa cerita cinta itu tak mungkin terulang lagi. Aku dan Alex tidak mungkin kembali bersama lagi. Sekali lagi kupejamkan mataku, dan kenangan masa lalu itu kembali bermain di benakku, namun itu tak mengubah apapun dalam hidupku. Alex hanyalah bagian dari masa laluku, bukan masa depanku.

~ THE END ~

Senin, 22 Maret 2010

My Future Career: FOOD SERVICE MANAGER

Food service managers are responsible for the daily operations of restaurants and other establishments that prepare and serve meals and beverages to customers. Besides coordinating activities among various departments, such as kitchen, dining room, and banquet operations, food service managers ensure that customers are satisfied with their dining experience. In addition, they oversee the inventory and ordering of food, equipment, and supplies and arrange for the routine maintenance and upkeep of the restaurant's equipment and facilities. Managers are generally responsible for all administrative and human-resource functions of the business, including recruiting new employees and monitoring employee performance and training.
Managers interview, hire, train, and when necessary, fire employees. Retaining good employees is a major challenge facing food service managers. Managers recruit employees at career fairs and at schools that offer academic programs in hospitality management or culinary arts, and arrange for newspaper advertising to attract additional applicants. Managers oversee the training of new employees and explain the establishment's policies and practices. They schedule work hours, making sure that enough workers are present to cover each shift. If employees are unable to work, managers may have to call in alternates to cover for them or fill in themselves. Some managers may help with cooking, clearing tables, or other tasks when the restaurant becomes extremely busy.
Food service managers ensure that diners are served properly and in a timely manner. They investigate and resolve customers' complaints about food quality and service. They monitor orders in the kitchen to determine where backups may occur, and they work with the chef to remedy any delays in service. Managers direct the cleaning of the dining areas and the washing of tableware, kitchen utensils, and equipment to comply with company and government sanitation standards. Managers also monitor the actions of their employees and patrons on a continual basis to ensure the personal safety of everyone. They make sure that health and safety standards and local liquor regulations are obeyed.
In addition to their regular duties, food service managers perform a variety of administrative assignments, such as keeping employee work records, preparing the payroll, and completing paperwork to comply with licensing, tax, wage and hour, unemployment compensation, and Social Security laws. Some of this work may be delegated to an assistant manager or bookkeeper, or it may be contracted out, but most general managers retain responsibility for the accuracy of business records. Managers also maintain records of supply and equipment purchases and ensure that accounts with suppliers are paid.
Managers tally the cash and charge receipts received and balance them against the record of sales, securing them in a safe place. Finally, managers are responsible for locking up the establishment, checking that ovens, grills, and lights are off, and switching on alarm systems.
Technology influences the jobs of food service managers in many ways, enhancing efficiency and productivity. Many restaurants use computers and business software to place orders and track inventory and sales. They also allow food service managers to monitor expenses, employee schedules, and payroll matters more efficiently.
Most food service managers have less than a bachelor’s degree; however, some postsecondary education, including a college degree, is increasingly preferred for many food service manager positions. Many food service management companies and national or regional restaurant chains recruit management trainees from 2- and 4-year college hospitality or food service management programs, which require internships and real-life experience to graduate. While these specialized degrees are often preferred, graduates with degrees in other fields who have demonstrated experience, interest, and aptitude are also recruited.
Most restaurant chains and food service management companies have rigorous training programs for management positions. Through a combination of classroom and on-the-job training, trainees receive instruction and gain work experience in all aspects of the operation of a restaurant or institutional food service facility. Areas include food preparation, nutrition, sanitation, security, company policies and procedures, personnel management, recordkeeping, and preparation of reports. Training on the use of the restaurant's computer system is increasingly important as well. Usually, after several months of training, trainees receive their first permanent assignment as an assistant manager.
Most employers emphasize personal qualities when hiring managers. Workers who are reliable, show initiative, and have leadership qualities are highly sought after for promotion. Other qualities that managers look for are good problem-solving skills and the ability to concentrate on details. A neat and clean appearance is important, because food service managers must convey self-confidence and show respect in dealing with the public. Because food service management can be physically demanding, good health and stamina are important.
Managers must be good communicators as they deal with customers, employees, and suppliers for most of the day. They must be able to motivate employees to work as a team, to ensure that food and service meet appropriate standards. Additionally, the ability to speak multiple languages is helpful to communicate with staff and patrons.
Food service managers held about 338,700 jobs in 2008. The majority of managers are salaried, but 42 percent are self-employed as owners of independent restaurants or other small food service establishments. Forty-one percent of all salaried jobs for food service managers are in full-service restaurants or limited-service eating places, such as fast-food restaurants and cafeterias. Other salaried jobs are in special food services—an industry that includes food service contractors who supply food services at institutional, governmental, commercial, or industrial locations, and educational services, which primarily supply elementary and secondary schools. A smaller number of salaried jobs are in hotels; amusement, gambling, and recreation industries; nursing care facilities; and hospitals. Jobs are located throughout the country, with large cities and resort areas providing more opportunities for full-service dining positions.
All facts about the development of the food and beverage industry all around the world has made me interested to this position. With the right education background I take added with some experiences in the field, I am sure that I will be ready for this position for my future career.

References:
• Food and Beverage Management by Bernard Davis, Andrew Lockwood, and Sally Stone.
• The Food and Beverage Manager by Paul Cullen.
• National Restaurant Association Educational Foundation, 175 West Jackson Blvd., Suite 1500, Chicago, IL 60604-2702. Internet: http://www.nraef.org
• National Restaurant Association, 1200 17th St. NW., Washington, DC 20036-3097. Internet: http://www.restaurant.org
• The International Council on Hotel, Restaurant, and Institutional Education, 2810 North Parham Rd., Suite 230, Richmond, VA 23294. Internet: http://www.chrie.org

Jumat, 01 Mei 2009

Rantai Kebaikan

Pada suatu hari seorang pria melihat seorang wanita lanjut usia sedang
berdiri kebingungan di pinggir jalan. Meskipun hari agak gelap, pria itu
dapat melihat bahwa sang nyonya sedang membutuhkan pertolongan. Maka pria
itu menghentikan mobilnya di depan mobil pontiac' wanita itu dan keluar
menghampirinya. Mobil Benz W 124-nya masih menyala ketika pria itu mendekati
sang nyonya.

Meskipun pria itu tersenyum, wanita itu masih ketakutan. Tak ada seorangpun
berhenti menolongnya selama beberapa jam ini. Apakah pria ini akan
melukainya? Pria itu kelihatan tak baik. Ia kelihatan miskin dan kelaparan.
Sang pria dapat melihat bahwa wanita itu ketakutan, sementara berdiri di
Sana kedinginan. Ia mengetahui bagaimana perasaan wanita itu.
Ketakutan itu membuat sang nyonya tambah kedinginan..

Kata pria itu, "Saya di sini untuk menolong anda, Nyonya. Masuk ke dalam
mobil saja supaya anda merasa hangat! Ngomong-ngomong, nama saya Bryan
Anderson
."

Wah, sebenarnya ia hanya mengalami ban kempes, namun bagi wanita lanjut
seperti dia, kejadian itu cukup buruk. Bryan merangkak ke bawah bagian
sedan, mencari tempat untuk memasang dongkrak. Selama mendongkrak itu
beberapa kali jari-jarinya membentur tanah. Segera ia dapat mengganti ban
itu. Namun akibatnya ia jadi kotor dan tangannya terluka.

Ketika pria itu mengencangkan baut-baut roda ban, wanita itu menurunkan kaca
mobilnya dan mencoba ngobrol dengan pria itu. Ia mengatakan kepada pria itu
bahwa ia berasal dari St. Louis dan hanya sedang lewat di jalan ini. Ia
sangat berutang budi atas pertolongan pria itu.

Bryan hanya tersenyum ketika ia menutup bagasi mobil wanita itu. Sang nyonya
menanyakan berapa yang harus ia bayar sebagai ungkapan terima kasihnya.
Berapapun ju mlahnya tidak menjadi masalah bagi wanita kaya itu. Ia sudah
membayangkan semua hal mengerikan yang mungkin terjadi seandainya pria itu
tak menolongnya. Bryan tak pernah berpikir untuk mendapat bayaran. Ia
menolong orang lain tanpa pamrih. Ia biasa menolong orang yang dalam
kesulitan, dan Tuhan mengetahui bahwa banyak orang telah menolong dirinya
pada waktu yang lalu. Ia biasa menjalani kehidupan seperti itu, dan tidak
pernah ia berbuat hal sebaliknya.

Pria itu mengatakan kepada sang nyonya bahwa seandainya ia ingin membalas
kebaikannya, pada waktu berikutnya wanita itu melihat seseorang yang
memerlukan bantuan, ia dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan kepada orang
itu, dan Bryan menambahkan, "Dan ingatlah kepada saya."
Bryan menunggu sampai wanita itu menyalakan mobilnya dan berlalu.

Hari itu dingin dan membuat orang depresi, namun pria itu merasa nyaman
ketika ia pulang ke rumah, menembus kegelapan senja.Beberapa kilometer dari
tempat itu sang nyonya melihat sebuah kafe kecil.Ia turun dari mobilnya
untuk sekedar mencari makanan kecil, dan menghangatkan badan sebelum pulang
ke rumah. Restoran itu nampak agak kotor. Di luar kafe itu ada dua pompa
bensin yang sudah tua. Pemandangan di sekitar tempat itu sangat asing
baginya.

Sang pelayan mendatangi wanita itu dan membawakan handuk bersih untuk
mengelap rambut wanita itu yang basah. Pelayan itu tersenyum manis meskipun
ia tak dapat menyembunyikan kelelahannya berdiri sepanjang hari. Sang nyonya
melihat bahwa pelayan wanita itu sedang hamil hampir delapan bulan, namun
pelayan itu tak membiarkan keadaan dirinya mempengaruhi sikap pelayanannya
kepada para pelanggan restoran. Wanita lanjut itu heran bagaimana pelayan
yang tidak punya apa-apa ini dapat memberikan suatu pelayanan yang baik
kepada orang asing seperti dirinya.
Dan wanita lanjut itu ingat kepada Bryan.

Setelah wanita itu menyelesaikan makanannya, ia membayar dengan uang kertas
$100. Pelayan wanita itu dengan cepat pergi untuk memberi uang kembalian
kepada wanita itu. Ketika kembali ke mejanya, sayang sekali wanita itu sudah
pergi. Pelayan itu bingung kemana perginya wanita itu.
Kemudian ia melihat sesuatu tertulis pada lap di meja itu.

Ada butiran air mata ketika pelayan itu membaca apa yang ditulis wanita
itu:
"Engkau tidak berutang apa-apa kepada saya. Saya juga pernah ditolong orang.
Seseorang yang telah menolong saya, berbuat hal yang sama seperti yang saya
lakukan. Jika engkau ingin membalas kebaikan saya, inilah yang harus engkau
lakukan:
'Jangan biarkan rantai kasih ini berhenti padamu.'"

Di bawah lap itu terdapat empat lembar uang kertas $ 100 lagi. Wah, masih
ada
meja-meja yang harus dibersihkan, toples gula yang harus diisi, dan
orang-orang yang harus dilayani, namun pelayan itu memutuskan untuk
melakukannya esok hari saja. Malam itu ketika ia pulang ke rumah dan
setelah semuanya beres ia naik ke ranjang. Ia memikirkan tentang uang itu
dan apa yang telah ditulis oleh wanita itu. Bagaimana wanita baik hati itu
tahu tentang berapa jumlah uang yang ia dan suaminya butuhkan? Dengan ke
lahiran bayinya bulan depan, sangat sulit mendapatkan uang yang cukup. Ia
tahu betapa suaminya kuatir tentang keadaan mereka, dan ketika suaminya
sudah tertidur di sampingnya, pelayan wanita itu memberikan ciuman lembut
dan berbisik lembut dan pelan :

"Segalanya akan beres. Aku mengasihimu,Bryan Anderson!"

Ada pepatah lama yang berkata, "Berilah maka engkau diberi." Hari ini saya
mengirimkan kisah menyentuh ini dan saya harapkan anda meneruskannya.
Biarkan terang kehidupan kita bersinar.
Teman baik itu seperti bintang-bintang dilangit.
Anda tidak selalu dapat melihatnya, namun anda tahu mereka selalu ada.

Only a true friend will tell u that your face is dirty.....

Selasa, 14 April 2009

"Persahabatan bagai Kepompong..."

Tahukah kamu bahwa persahabatan adalah sesuatu yang abadi? Persahabatan sejati tak lekang oleh waktu dan jarak.. It's just like this one:

10 tahun berpisah, namun tetap akrab...

Buat aku, sahabat-sahabatku adalah hartaku yang amat sangat berharga!

Hidup itu indah jika ada orang2 yang bisa mengerti, memahami, mendukung, menolong, menopang, menemani dan menghargai kita. Dan semua itu bisa kita peroleh dari sahabat2 sejati kita..

Waktu hidup tak panjang.....bersahabatlah...!!

Luv u all, guys..

Minggu, 05 April 2009

Bali in My Point of View

Bali..Bali..Bali..

Rasanya ga asing banget dengar nama itu. Semua orang juga tahu kalo Bali itu sebuah pulau di Indonesia yang katanya indah dan menawan hati. However, menikmati Bali dengan mata kepala sendiri sangat berbeda dengan ketika kita sekedar mendengar cerita orang lain tentang Bali.

Dari atas pesawat aku bisa melihat banyak area persawahan yang teratur rapi, sungguh pemandangan yang jarang kita temukan di kota besar seperti Jakarta. Begitu landing di bandar udara Ngurah Rai, Denpasar, angin laut menyapa dengan ramahnya, seolah mengucapkan salam selamat datang. Teriknya matahari siang itu semakin mempertajam karakter Bali yang lekat dengan pantai dan lautnya. Udara beriklim laut yang berangin sepoi namun lengket membuat aku semakin sadar bahwa tempat aku berdiri saat itu sangat dekat dengan pantai.
Bali...sebuah pulau yang tidak terlalu besar, katanya sie pulau Bali itu bisa habis dikelilingi dalam waktu kurang dari 12 jam, jika kita berkendaraan motor atau mobil. Tapi sayang, Bali tidak memiliki sarana transportasi umum seperti yang banyak kita temui di kota2 lain di Indonesia. Satu2nya sarana transportasi umum yang ada di sana adalah taksi. Para pelancong pada umumnya bepergian dengan menggunakan taksi atau mereka memilih untuk menyewa kendaraan pribadi seperti mobil atau motor. Untungnya arus lalu lintas di Bali tidak sepadat di Jakarta atau Bandung, sehingga para pelancong bisa lebih menikmati suasana liburan mereka.
Pada umumnya masyarakat Bali tergolong sangat ramah. Dari cara mereka memberikan salam kepada orang lain, baik kepada orang Bali sendiri maupun kepada para turis, aku bisa lihat bahwa orang Bali benar2 layak menyandang citra budaya Indonesia yang ramah, bersahabat, dan bersahaja. Tutur kata dan bahasa mereka pun halus. Pada umumnya penduduk asli Bali sangat welcome dan ringan tangan kepada para pengunjung Bali. Selain itu, mereka adalah masyarakat yang taat beragama. Ketaatan mereka dalam beragama ini salah satunya diwujudkan dalam gaya hidup mereka mulai dari membuat sesajen sampai dengan melakukan ritual2 khusus ala Hindu. Ketaatan itu juga tercermin dalam karakter masyarakatnya yang jujur dan murah hati. Percaya atau tidak, kita bisa menaruh kendaraan bermotor kita di pinggir jalan dalam kondisi mesin menyala tanpa harus khawatir kehilangan. Bagi masyarakat Bali, mencuri adalah hal yang dilarang oleh agama. Mereka percaya bahwa Sang Hyang Widhi sendirilah yang akan memberikan ganjaran bagi mereka yang mencuri. Dalam bahasaku, klo mau mencuri mereka mikir 1000 kali karena takut Tuhan melihat perbuatannya dan menghukum dirinya. Jadi, bukan karena mereka takut ketahuan dan digebukin, tapi lebih karena mereka takut akan Tuhan.
Lagi di Bali, tiba2 kangen dengan suasana kota Jakarta?! Kunjungi aja Pantai Kuta. Ini adalah salah satu objek wisata pantai di Bali yang telah disulap menjadi kota mandiri. Kita bisa menemukan kafe2 sepeti HardRock; restoran2 fastfood seperti PizzaHut dan KFC; juga mall berkelas seperti yang kita temukan di Jakarta.
Selain berwisata menikmati pantai yang indah2, Bali juga menyajikan pelbagai wisata kuliner yang nikmat dan terjangkau. Kalo kita bertamasya ke Pantai Jimbaran, maka kita harus menikmati hidangan seafood bakar ala Jimbaran - Bali. Tempat yang mereka sediakan pun cukup unik, yaitu dengan layout meja2 yang diatur di atas pasir putih, dengan bangku2 yang diatur menghadap ke lepas pantai. Menurutku, tempat ini sangat cocok jika kita ingin menikmati sunset di pantai Bali. Makanan khas Bali yang lain adalah ayam betutu yang terbuat dari ayam kampung yang dimasak dengan bumbu khas Bali. Selain itu, ada juga babi panggang khas Bali yang rasanya spicy dan agak pedas.
Pergi ke Bali ga boleh lupa beli oleh2 khas Bali. Pada umumnya mereka yang pergi ke Bali akan membawa oleh2 berupa barang2 seperti baju2 Bali, tas Bali, barang2 dari showroom Joger Bali, dll. Buah tangan di Bali ternyata sangat terjangkau, mulai dari Rp 3.000,- s/d Rp 250.000,-. Baju2 dan tas2 khas Bali berkisar antara Rp 10.000,- s/d Rp 45.000,-. So, buat temen2 yang pengen jalan2 ke Bali, ga perlu ragu untuk belanja n bawa oleh2 dari Bali buat kerabat di rumah.

Siap Jalan2 di Bali?! Let's go to Bali... n have a nice trip!

God Bless..

Sabtu, 21 Maret 2009

Tidak Taat, dan Menyesal...

Kalo kita mengikuti dan memperhatikan betul perjalanan bangsa Israel menuju ke Tanah Pejanjian, maka kita akan mendapati berkali-kali bangsa Israel tidak taat pada perintah Allah. Mereka bersungut-sungut sepanjang perjalanan mereka, berulang kali mereka mengobarkan murka Allah atas mereka. Salah satu dari sekian banyak peristiwa yang cukup menarik bagi saya adalah kisah yang terdapat dalam Kitab Ulangan 1:41-46 yang menceritakan tentang betapa gegabahnya bangsa Israel yang tidak menaati perkataan Tuhan Allah. Perikop sebelumnya menceritakan tentang keduabelas pengintai yang dikirim Musa untuk memata-matai orang Enak, yaitu bangsa yang mendiami tanah yang telah Tuhan janjikan kepada Musa. Dari keduabelas pengintai tersebut, hanya dua orang yang beriman bahwa mereka akan sanggup mengalahkan bangsa Enak dan menduduki tanah perjanjian. Mereka adalah Kaleb bin Yefune dan Yosua bin Nun. Ketidakpercayaan bangsa Israel ini membuat Allah murka dan berfirman, bahwa angkatan tersebut tidak akan menduduki tanah perjanjian, melainkan tanah perjanjian itu akan diberikan kepada keturunan Kaleb dan Yosua.
Ulangan 1:41-46 ini merupakan kelanjutan dari kisah tersebut. Dalam cerita ini, bangsa Israel menyesal atas ketidakpercayaan mereka akan kuasa Allah, dan dengan penuh semangat (karena Allah telah menjanjikan kemenangan bagi mereka) dan tanpa berpikir panjang, mereka melangkah maju dan menabuh genderang perang terhadap orang Enak. Karena emosi yang tak terkendali, mereka mengabaikan pesan Tuhan yang disampaikan melalui Musa, hamba-Nya. Sebagai akibatnya, bangsa Israel mengalami kekalahan dan banyak korban yang gugur dalam perang ini. Mereka menyesal dan bersedih karena mereka kehilangan banyak hal, namun Tuhan tetap tidak mendengar tangisan mereka.

Perenungan untuk kisah ini adalah:
Seringkali kita bertindak seperti bangsa Israel. Ketika menghadapi sebuah masalah, hal pertama yang lebih kita perhatikan adalah seberapa besar tantangan yang harus kita hadapi, seberapa besar masalah yang sedang terjadi. Kita lupa bahwa yang menjadi pelindung kita adalah Bapa Sorgawi, Pencipta seluruh alam semesta yang berkuasa atas segala hal di bumi dan di surga. Bukannya bertanya pada Tuhan: 'Apa yang harus aku lakukan?' kita malah bersungut-sungut bahkan mungkin memaki-maki Tuhan: 'Mengapa terjadi hal yang demikian dalam hidupku?!'. Detik berikutnya, kita menyadari betapa egoisnya kita dan berpaling kepada jalan Tuhan dan menjadi percaya, namun kita masih melangkah dengan kekuatan kita sendiri, bukan kekuatan Tuhan. Dan untuk kedua kalinya kita tidak menaati perintah Tuhan, kita tidak dengar-dengaran akan suara Tuhan. Pada akhirnya ketika kita telah jatuh dan terpuruk, barulah kita berseru setengah mati mengharapkan perhatian dan pertolongan Tuhan. Tapi kali ini Tuhan memilih untuk diam.
Secara prbadi, saya memperoleh pelajaran dari kisah dan perenungan ini:
1. Pandanglah permasalahan dengan mata iman kita dan berpeganglah pada iman percaya kepada Allah. Jangan memandang masalah dengan ukuran kekuatan diri sendiri, tapi belajarlah untuk melihat masalah dari sudut pandang Allah. Karena terkadang permasalahan diizinkan untuk terjadi dalam hidup kita untuk membentuk karakter dan mengembangkan kapasitas kita.
2. Cari tahu isi hati-Nya dan rencana-Nya bagi hidup kita. Jangan berjalan dengan rencana kita sendiri, tapi belajarlah untuk mencari tahu apa yang menjadi rencana Tuhan bagi hidup kita, cari tahu apa yang Tuhan ingin kita lakukan untuk mengatasi permasalahan. Jangan gunakan cara kita, tapi gunakan cara Allah, maka segala usaha kita akan dibuat-Nya berhasil.
3. Ketaatan kita kepada Allah akan menjauhkan kita dari penyesalan, karena Allah kita adalah Allah yang tidak pernah mengecewakan. Dia tak pernah gagal!

Tuhan memberkati...

You are My Sunshine!

Have you ever heard this song?!

You are my sunshine!
My only sunshine!
You make me happy, when skies are Grey
You never know, dear..How much I love you
Please don't take my sunshine away!

What a simple song, isn't it?! But, please sing it once again, slowly, and take the words into your deepest heart. Imagine how beautiful is it...if...there is someone sing this song for you. Can be your parents, your brother or sister, your son or daughter, your best friend, or anyone else. But please, think about the meaning of this song... Can you imagine how can we live without sunshine?! Do you ever think that sunshine is just small thing that people even rarely noticed about, but it has an important role in our nature's life?! Now, do you ever think that you are the sunshine for someone's life? Someone that maybe you don't know who, someone that you never guess. Then, if you realize that there is someone look after you as their sunshine, what will you do with your life?! Will you keep your life "health"? Will you do good things? Will you be more responsible to your life?. Next, do you have someone that you see as a sunshine for your life? If yes, what you expected him or her to be? A bunch of rubbish? or a leader, an inspirational leader that you would like to follow? Someone that you expect to always be with you?.
Do what you expect your sunshine to do!! Before you expect others to do something for you, you better do it yourself first! Because, whether you notice or not, there must be someone looking at you and expect you to be their sunshine forever..!!

GBU